Perbandingan Festival Bintang antara Jepang dan Tiongkok

Festival Bintang merupakan perayaan tradisional Jepang dan Tiongkok yang didasarkan pada legenda kuno tentang kisah cinta antara dua bintang, yaitu Altair (gembala) dan Vega (penenun), yang dipisahkan oleh sungai di langit (mengacu pada Bima Sakti). Karena cinta mereka begitu kuat, mereka diizinkan untuk bertemu hanya sekali setahun, yaitu pada malam ketujuh bulan ketujuh. Ketika hari itu tiba, mereka dipercaya melintasi Bima Sakti dengan bantuan burung-burung yang membentuk jembatan di atas sungai langit.
Festival bintang menjadi perayaan yang sangat populer baik di Jepang maupun di Tiongkok. Meskipun kisah Altair (gembala) dan Vega (penenun) di Jepang dan Tiongkok pada dasarnya memiliki inti cerita yang sama, yaitu tentang dua kekasih yang dipisahkan oleh Bima Sakti dan hanya bisa bertemu satu kali setahun. Namun, ada perbedaan dalam detail dan interpretasi legenda ini dalam budaya Jepang dan Tiongkok. Berikut ini beberapa perbedaan antara festival bintang yang dirayakan di Jepang dan Tiongkok:
1. Nama perayaan
Di Jepang, festival ini dikenal dengan nama Tanabata (七夕) yang berarti "Malam Ketujuh",yang dirayakan pada tanggal 7 Juli (atau 7 Agustus di beberapa daerah) mengikuti kalender Gregorian. Sedangkan di Tiongkok, festival ini disebut Qixi (七夕) yang juga berarti "Malam Ketujuh", dan dirayakan pada hari ketujuh dari bulan ketujuh mengikuti kalender Lunar.
2. Isi Cerita
Di Jepang, Altair dikenal sebagai Hikoboshi (彦星, "Gembala Bintang"), dan Vega dikenal sebagai Orihime (織姫, "Putri Penenun"). Dalam kisahnya, Orihime adalah putri dewa langit, yang setiap hari menenun kain-kain indah di langit. Karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya, ia merasa kesepian dan ingin menemukan cinta. Hikoboshi adalah seorang gembala yang hidup di seberang sungai langit (Bima Sakti). Setelah mereka bertemu dan jatuh cinta, mereka menjadi terlalu sibuk satu sama lain sehingga mengabaikan tugas mereka. Ini membuat ayah Orihime, Raja Langit, murka dan memisahkan mereka.
Sedangkan di Tiongkok, Altair dikenal sebagai Niulang (牛郎, "Penggembala Sapi"), dan Vega dikenal sebagai Zhinu (织女, "Penenun"). Zhinu adalah putri dewa langit yang juga bekerja sebagai penenun di surga. Niulang adalah seorang penggembala yang hidup di bumi. Mereka bertemu ketika Zhinu turun ke bumi dan jatuh cinta dengan Niulang. Setelah mereka menikah dan memiliki dua anak, Zhinu dibawa kembali ke langit oleh ayahnya karena hubungan antara dewa dan manusia tidak diizinkan.
3. Tradisi dan Perayaan
Dari segi tradisi dan perayaan, Festival Tanabata (七夕) memiliki tradisi utama yaitu menulis harapan di secarik kertas berwarna-warni yang disebut tanzaku, lalu menggantungnya di cabang bambu. Harapan ini bisa berupa cinta, kesehatan, kesuksesan, atau impian pribadi. Cabang bambu yang dihiasi tanzaku akan ditempatkan di tempat umum atau di halaman rumah. Setelah festival selesai, cabang-cabang bambu ini akan dihanyutkan di sungai atau dibakar, melambangkan harapan yang dikirim ke langit. Di beberapa kota besar seperti Sendai dan Hiratsuka, festival Tanabata dirayakan dengan parade besar, karnaval, dan dekorasi jalan yang penuh warna. Hiasan dari kertas, lampion, dan ornamen tradisional Tanabata digantung di sepanjang jalan.
Di Tiongkok, Qixi (七夕) lebih dikenal sebagai "Hari Valentine Tiongkok" dan difokuskan pada perayaan cinta dan hubungan romantis. Pasangan sering menghabiskan waktu bersama, memberikan hadiah, atau makan malam romantis, mirip dengan hari Valentine di negara lain. Tradisi kuno Qixi melibatkan perempuan muda yang memamerkan keterampilan mereka dalam kerajinan tangan seperti menyulam dan menjahit, dengan harapan akan mendapatkan keterampilan yang baik dan keberuntungan dalam cinta. Selain itu, beberapa orang melakukan ritual untuk memohon kebahagiaan dalam pernikahan atau meminta jodoh yang baik. Ada juga orang yang pergi ke kuil untuk berdoa kepada Zhinu, memohon cinta yang abadi atau keharmonisan rumah tangga.
4. Tujuan perayaan festival Bintang
Fokus utama Tanabata (七夕) adalah harapan dan impian, bukan hanya untuk cinta tetapi juga untuk karier, pendidikan, dan kehidupan pribadi. Orang dari segala usia, termasuk anak-anak, menulis harapan mereka di tanzaku. Festival ini juga mencakup acara keluarga dan festival masyarakat, di mana seluruh keluarga atau komunitas berkumpul untuk merayakan bersama. Kegiatan karnaval dan parade lokal sering menjadi bagian dari festival, memberikan suasana yang lebih meriah dan penuh kegembiraan.
Sedangkan Qixi (七夕), lebih berfokus pada hubungan romantis. Pasangan biasanya merayakan dengan cara seperti makan malam bersama, bertukar hadiah, atau menghabiskan waktu bersama di tempat-tempat romantis. Di era modern, Qixi sering dirayakan mirip dengan Hari Valentine Barat, di mana pasangan memberi hadiah seperti bunga, cokelat, atau barang-barang simbolis lainnya. Bagi pasangan yang lebih tradisional, beberapa mungkin melakukan ritual doa bersama di kuil, memohon berkah dalam hubungan cinta atau rumah tangga.
5. Makna perayaan festival Bintang
Pesan moral dalam Tanabata (七夕) lebih berfokus pada pentingnya menjaga cinta meskipun terpisah oleh jarak dan waktu. Cinta yang sejati akan tetap bertahan meskipun hanya bisa bertemu sekali setahun, seperti halnya Orihime dan Hikoboshi. Orihime dan Hikoboshi dipisahkan karena mereka mengabaikan tugas mereka. Ini mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara cinta dan kewajiban. Kemudian, Tradisi menulis harapan pada tanzaku (kertas doa) di Tanabata menunjukkan bahwa impian dan harapan dapat terwujud jika kita tetap berusaha dan percaya. Ini mencerminkan nilai ketekunan dan optimisme dalam mencapai tujuan.
Dalam versi Tiongkok (七夕), Kisah Niulang dan Zhinu menekankan kesetiaan cinta meskipun terpisah oleh Bima Sakti. Mereka rela menunggu setahun penuh untuk bertemu kembali, mengajarkan pentingnya pengorbanan dalam cinta yang sejati. Niulang sebagai manusia, mengejar cintanya pada Zhinu meskipun mereka berasal dari dunia yang berbeda. Ini mengajarkan bahwa cinta memerlukan keberanian untuk melawan rintangan, bahkan jika itu tampak mustahil atau melawan nasib. Karena mereka hanya bisa bertemu sekali setahun, Qixi mengajarkan bahwa setiap momen bersama harus dihargai dan bahwa kesabaran dalam cinta adalah kunci untuk menjaga hubungan tetap kuat.