Perilaku Interaksi Sosial

Perilaku interaksi sosial tak bisa dilepaskan dari proses enkulturasi dan sosialisasi. Sarlito W. Sarwono dalam bukunya “Psikologi Lintas Budaya” (2015: 43) menyebutkan bahwa pembelajaran kebudayaan dilalui dengan sosialisasi (proses belajar tentang norma, sikap, nilai dan sistem kepercayaan) dan enkulturasi (mengadopsinya sebagai hasil sosialisasi). Dengan demikian, proses interaksi sosial berawal dari sosialisasi kemudian berujung pada enkulturasi berupa pengadopsian sikap, dalam hal ini, terdapat budaya yang ditularkan dari generasi tua ke generasi muda.
Sosialisasi dalam KBBI artinya adalah proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya. Ini berarti proses mengenal, mempelajari dan berbaur dengan kebudayaan setempat. Enkulturasi atau pembudayaan merupakan proses dari segala sosial budaya menjadi suatu adat atau pranata yang mantap. Yakni berupa pengadopsian suatu kebiasaan masyarakat menjadi ciri khas lingkungannya.
Agen-agen sosialisasi dan enkulturasi dalam Psikologi Lintas Budaya (Sarlito, 2015: 44) adalah orang-orang atau institusi yang mengajarkan dan mengukuhkan budaya, seperti orang tua, keluarga, teman, tetangga, dan media massa (atau saat ini media sosial). Asuhan orang tua (parenting) juga memberikan pengaruh yang berbeda antara orang tua di negara satu dengan negara lain. Contohnya adalah gaya pengasuhan authoritative di mana orang tua bersikap sensitif, namun juga tegas, adil, dan masuk akal. Orang tua dengan gaya pengasuhan ini menunjukkan kehangatan dan kasih sayang yang tinggi terhadap sang anak. Ditemukan bahwa gaya pengasuhan authoritative ini pada orang tua di Eropa-Amerika dibandingkan Asia. Jadi dalam hal ini,
pengaruh kebiasaan yang diturunkan berlaku pada pembentukan budaya yang berbeda.
Ada keterkaitan antara budaya dengan kepribadian: IQ (kecerdasan intelektual), EQ (kecerdasan emosional), dan SQ (kecerdasan spiritual). Nilai- nilai spiritual dibawa oleh lingkungan, bagaimana dirinya membawa diri di hadapan Tuhan. Emosional juga berpengaruh terhadap interaksi sosial di mana hubungan antar personal, antara 2 orang atau lebih. Sedangkan kecerdasan intelektual, berhubungan dengan kecerdasan akademis yang didukung oleh lingkungan sekitar. Ketiga hal ini memiliki garis besar berupa pikiran, diri, dan masyarakat.