Interaksi Sosial Simbolik

Interaksi sosial di mana penggabungan antara individu disebut dengan “interaksi sosial simbolik”, yaitu cara yang dipilih suatu kelompok manusia untuk membentuk tindakan sosial atau tindakan bersama yang disepakati. Arbangi dan Umiarso dalam bukunya berjudul “Interaksionisme Simbolik Transendental” (2022: 40) menyebutkan bahwa tindakan bersama, formasi, pembubaran, konflik, dan penggabungan suatu kelompok masyarakat didasarkan pada kehidupan sosial dari komunitas manusia. Satu kelompok masyarakat terdiri dari tindakan bersama atau tindakan sosial yang dibentuk dan dilaksanakan oleh anggotanya. Contohnya yang kita kenal kemudian sebagai norma atau adat istiadat yang dipatuhi oleh masyarakat tertentu di daerahnya.
Interaksionisme simbolik memusatkan perhatian pada interaksi sosial manusia atau perilaku manusia sebagai suatu proses di dalam diri manusia untuk membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan memperhitungkan harapan dari orang lain yang menjadi mitra interaksinya. Pendekatan interaksi sosial simbolik berusaha memahami kehidupan bermasyarakat yang terbentuk
melalui proses interaksi dan komunikasi antara individu serta antar kelompok, menggunakan simbol-simbol yang dipahami oleh mereka yang terlibat. Konsep ini membuka ruang untuk memahami manusia sebagai individu, meskipun mereka hidup bersama dengan orang lain sebagai makhluk sosial.
Ketika manusia menciptakan dunia simbolik, adalah membentuk perilaku manusia itu sendiri. Sehingga eksistensi dari interaksionisme simbolik ini adalah pada ide-ide dasar pembentuk makna oleh pikiran manusia (mind), diri (self), dan hubungannya di tengah-tengah masyarakat (society) di mana individu tersebut menetap (eksis). Meskipun begitu, pandangan interaksionisme simbolik sangat berbeda dengan behaviorisme, atau merupakan bentuk konfrontasi terhadap behaviorisme (dikatakan oleh George Herbert Mead dalam Arbangi & Umiarso, 2022: 101).
Behaviorisme merupakan kerangka konseptual yang menjadi dasar ilmu pengetahuan tentang perilaku. Pendekatan ini dikenal dengan sebutan analisis perilaku atau analisis perilaku eksperimental. Behaviorisme mengkaji perilaku manusia secara objektif dari perspektif "yang tampak" atau manifest, yang terutama terlihat melalui respons terhadap rangsangan eksternal, dan cenderung mengabaikan aspek internal individu, seperti jiwa. Dengan kata lain, dari sudut pandang behaviorisme, manusia dianggap sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal.
Walau demikian, interaksionisme simbolis adalah perspektif utama dalam sosiologi yang memiliki pengaruh dalam banyak bidang disiplin ilmu. Hal ini sangat penting dalam mikro sosiologi dan psikologi sosial sebagai salah satu respons terhadap persoalan-persoalan diri (self) manusia dalam masyarakat sebagai realitas sosial. Dengan atau melalui perspektif interaksionisme simbolik, diri (self) manusia terlihat sebagai produsen daripada produk pasif dunia sosial mereka sendiri. Sehingga mengindikasikan bahwa interaksionisme simbolik merupakan suatu perspektif yang
memberikan pendekatan relatif spesifik terhadap disiplin ilmu kehidupan kelompok dan tingkah laku manusia. Perspektif ini melihat setiap individu di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya, dan menghasilkan makna “buah pikiran” yang disepakati secara kolektif (Arbangi & Umiarso, 2022: 194).